Jawa barat merupakan provinsi yang sangat produktif dibidang pariwisata. Karena letaknya yang sangat strategis dan disana terdapat beberapa tempat wisata yang dapat memberikan pendapatan daerah di Jawa Barat. Di samping itu penduduknya ramah terhadap para pelancong. Sesuatu yang menarik di Jawa Barat adalah:
Blok silinder
28 02 2008Untuk maksud tersebut dapat digunakan bensin bebas timbal yaitu jenis premix, pertamax atau pertamax plus akan tetapi karena harganya yang terlampau mahal maka perlu dicari suatu campuran bahan bakar yang dapat membantu meningkatkan kinerja mesin, nilai oktan (octane booster), dan juga sebagai pengganti zat Tetra Ethyl Lead (TEL) yaitu dengan menggunakan Toluene (methyl benzene). Toluene sendiri merupakan bahan yang berasal dari fraksi minyak bumi sama halnya dengan bensin dan toluene biasa digunakan sebagai bahan pengencer cat. Bedanya Toluene (C7H8) termasuk dalam senyawa hidrokarbon aromatik (senyawa lingkar) yang molekulnya terikat satu sama lain sehingga terlihat seperti cincin dan tidak mengandung timbal serta memiliki nilai oktan yang tinggi sedangkan pada bensin (C8H18) merupakan campuran senyawa hidrokarbon alifatik (rantai terbuka) seperti iso-oktana, n-heptana dan TEL (Tetra Ethyl Lead) atau tetraetil timbal.
Campuran bensin dan toluene atau yang disebut dengan bentol mempunyai nilai oktan yang lebih tinggi (RON 94 – 98) (Richard Lassiter, How to Mix Your Own Brew, 2004) dibanding dengan bensin yang ada di pasaran (RON 88 – 92) dimana campuran tersebut dapat mencegah gejala knocking (detonasi) di ruang bakar yang biasanya diakibatkan oleh kualitas bahan bakar yang rendah. Pencampuran bensin dan toluene ini dilakukan secara langsung dan secara tak langsung. Untuk pencampuran secara langgsung dimana toluene dicampur kedalam tangki bensin dengan kadar toluene sebesar 5 % dan 10 %. Pada pencampuran secara tak langsung, toluene diinjeksikan masuk ke dalam saluran yang berada di daerah setelah karburator dan daerah sebelum intake manifold dengan memanfaatkan kondisi kevakuman pada ruang bakar. Dalam pengujian tersebut dapat diketahui perbandingan campuran bensin dan toluene yang optimal, dan tidak perlu adanya perubahan atau penyetelan pada mesin bensin.
Dari hasil pengujian pada kedua kondisi bukaan throttle dan kedua metoda pencampuran, didapat kinerja mesin yang paling baik yaitu pada saat throttle dibuka 50 %, pada campuran bentol secara tak langsung dengan bukaan buret ¾ (kadar toluene sebesar 6,6 %, 7 %, dan 13,2 %) dibandingkan campuran yang lain. Karena pada kondisi tersebut dihasilkan kinerja mesin yang paling baik jika dilihat dari daya poros (Ne), pemakaian bahan bakar spesifik (Be), dan efisiensi thermal (nt) yang berturut-turut nilainya adalah 10,88 kW, 0,23 kg/kWh, dan 35,25 %. Selain itu tekanan efektif dan torsi pada campuran tersebut juga mengalami kenaikan di saat putaran 2241 rpm sampai 2934 rpm yaitu berturut-turut 458,08 kPa dan 40,02 Nm. Hal ini menunjukkan adanya proses pembakaran yang cukup baik (sempurna) sehingga kinerja yang dihasilkan pun dapat lebih optimal. Akan tetapi pada throttle 75 %, baik dengan metoda pencampuran secara langsung dan tak langsung dihasilkan kinerja yang hampir sama.
Dari hasil pengujian emisi gas buang CO dan HC terendah yang paling baik juga ditunjukkan pada kondisi throttle 50 % saat pencampuran tak langsung dengan bukaan buret ¾, yaitu emisi HC dan CO yang berturut-turut nilainya ialah 125 ppm dan 0,28 % pada putaran 2934 rpm. Hal ini mengindikasikan bahwa proses pembakaran pada campuran dengan metoda secara tak langsung lebih baik dibandingkan dengan bensin tanpa toluene. Selain itu kadar emisi gas buang pada semua kondisi pengujian jika dibandingkan dengan standar KEP MENLH NO. 35/1993 untuk motor bakar 4 langkah (4,5 % batas emisi gas buang CO dan 3000 ppm batas emisi gas buang HC), masih dibawah ambang batas .
[center]
JUST 2 KNOW….
Komentar : Leave a Comment »
Kategori : Uncategorized
28 02 2008
|
Komentar : Leave a Comment »
Kategori : Uncategorized
28 02 2008
CDI Menghasilkan Arus Maksimal
CDI Menghasilkan Arus MaksimalDALAM melakukan proses pembakaran, mesin berbahan bakar bensin sangat bergantung pada sistem pengapian. Kini, sistem pengapian telah bergeser dari model mekanik platina menjadi elektronik. Banyak masyarakat awam yang salah mengartikan sistem pengapian elektronik sebagai CDI (Capactive Discharge Ignition). Padahal ada satu lagi teknologi pengapian tanpa platina, yaitu TCI (Transistorized Controlled Ignition).
Sistem pengapian pada motor bakar terdiri dari empat peranti penting, yaitu koil, distributor, kabel busi, dan busi. Secara umum, urutan kerja sistem pengapian diawali dari kerja koil yang mendapat sinyal dari kunci kontak. Koil kemudian menyalurkan arus listrik ke distributor. Alat distributor akan membagi arus listrik melalui kabel busi yang selanjutnya arus tersebut diteruskan ke busi. Proses itu berjalan tentu saja disesuaikan dengan kinerja mesin.
Koil adalah peranti yang berfungsi mempertinggi tegangan listrik. Umumnya koil standar mampu menghasilkan tegangan antara 15.000 hingga 20.000 volt. Tegangan listrik tinggi ini diperoleh dari dua jenis kumparan yang berada di dalam koil. Kumparan pertama disebut primer dan satunya lagi adalah sekunder. Antara keduanya dihubungkan secara paralel.
Distributor bertugas mengatur waktu pengapian dan pembagiannya ke busi yang ada pada setiap silinder. Pada sistem mekanik, pengaturan waktu ini dilakukan oleh peranti bernama contact breaker atau platina. Alat ini akan membuka dan menutup sesuai perggerakan kem. Polanya sesuai dengan posisi piston pada saat pengapian di dalam mesin.
Saat platina bekerja, arus akan mengalir dan menuju kumparan primer koil, sehingga menciptakan medan magnet di sekitar kumparan sekunder. Begitu pula sebaliknya, arus listrik secara otomatis akan terputus.
Peranti platina memiliki kelemahan utama pada titik kontak atau contact point. Ini karena pemutus arus mekanis yang akan aus, bergantung lamanya pemakaian.
Pengapian elektronik
Sistem pengapian elektronik masih mengadopsi prinsip kerja yang sama. Cuma bedanya platina diganti peranti elektronik. Sistem pengapian elektronik bisa dibagi menjadi dua , yaitu CDI dan TCI. Rata-rata kendaraan roda empat keluaran tahun 1990-an mengadopsi sistem TCI. Alasannya, selain lebih canggih dari sistem mekanik juga lebih murah harganya dibandingkan sistem CDI.
Pada sistem TCI, fungsi platina digantikan oleh pick-up coil berbasis transistor. Komponen yang juga sering disebut LED-photo transistor ini berada dalam distributor. Pulsa pengapian yang diciptakan alat ini dikirimkan ke modul pengapian. Dari modul ini, selanjutnya sinyal elektronik dikirim ke koil. Proses pengolahan sinyal pengapian ini dalam koil sama dengan model platina.
Teknologi CDI memiliki cara kerja yang sedikit berbeda. Secara umum CDI merupakan alat yang mampu menghasilkan energi yang kuat dalam setiap rentang putaran mesin. Pada CDI, sinyal pengapian dari pick-up coil memutus arus yang ada di sirkuit utama modul CDI. Pada saat itu, kapasitor sebagai komponen utama sirkuit membuang seluruh energi listrik yang ada di kumparan primer koil . Fungsi koil adalah sebagai transformator yang menaikkan tegangan listrik hingga 40.000 volt.
Peranti selanjutnya setelah distributor adalah kabel busi. Kabel busi yang baik adalah memiliki hambatan rendah. Peranti terujung pada sistem pengapian adalah busi. Ketika percikan api membakar campuran bahan bakar dengan udara, akan terjadi ledakan. Letupan ini akan menggerakkan piston. Proses ini terjadi berulang kali, sehingga piston bergerak secara konstan. Tenaga dari piston akan disalurkan melalui gigi transmisi dan diteruskan ke roda. Kendaraan pun bisa bergerak.
Komentar : Leave a Comment »
Kategori : Uncategorized
Hello world!
25 01 2008Welcome to WordPress.com. This is your first post. Edit or delete it and start blogging!
Komentar : 1 Comment »
Kategori : Uncategorized